Panas Meningkat, Efisiensi Berkurang: Pengaruh Suhu pada Kabel Jaringan

Silvester A.S. Herjuna
0

 

Di tengah meningkatnya fenomena perubahan iklim global, suhu lingkungan yang ekstrem menjadi lebih sering dan lebih intens. Peningkatan suhu ini tidak hanya mengganggu kenyamanan kehidupan sehari-hari, tetapi juga mempengaruhi infrastruktur vital seperti sistem jaringan listrik. Suhu yang tinggi, khususnya, berpotensi besar untuk mempengaruhi efisiensi operasional dan integritas jaringan tegangan menengah melalui fenomena yang dikenal sebagai peningkatan resistansi dalam kabel listrik.


Dasar Ilmiah: Resistivitas dan Suhu

Resistansi elektrik dalam konduktor, seperti kabel yang digunakan dalam jaringan listrik, sangat tergantung pada suhu material konduktor tersebut. Secara umum, resistansi konduktor dapat didefinisikan melalui hubungan:

R=ρ(1+α(T−T0))

di mana:

  • R adalah resistansi pada suhu T (dalam °C),
  • ρ adalah resistansi pada suhu referensi T0​ (biasanya diambil pada 20°C),
  • α adalah koefisien suhu material, yang menunjukkan seberapa besar perubahan resistansi per derajat perubahan suhu,
  • T adalah suhu operasi, dan
  • T0​ adalah suhu referensi.

Koefisien suhu (α) merupakan nilai yang menggambarkan bagaimana resistansi material berubah relatif terhadap suhu. Untuk mayoritas material konduktor yang digunakan dalam kabel, α positif, yang berarti resistansi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu.


Implikasi Peningkatan Suhu pada Jaringan Listrik

Dalam konteks jaringan tegangan menengah, konduktor yang mengalami peningkatan suhu akan mengalami kenaikan resistansi. Akibatnya, untuk arus listrik yang tetap, diperlukan lebih banyak energi (atau tegangan lebih tinggi) untuk mengatasi resistansi ini, sesuai dengan Hukum Ohm:


V=IR


Peningkatan tegangan ini tidak selalu mungkin dalam sistem distribusi listrik yang umumnya dioperasikan pada tegangan konstan. Sehingga, peningkatan resistansi menyebabkan peningkatan kerugian daya, yang dihitung dengan:


P=I2R


Dengan kata lain, kerugian daya dalam sistem akan meningkat sebagai fungsi kuadrat dari arus, jika resistansi konduktor meningkat karena suhu yang lebih tinggi.



Studi Kasus: Pengaruh Musim Panas pada Jaringan Listrik

Ambil contoh jaringan listrik di wilayah Halmahera Barat (Jailolo) yang mengalami gelombang panas dengan suhu udara rata-rata mencapai 38°C. Kabel yang biasanya beroperasi pada suhu normal 20°C, kini harus beroperasi pada suhu yang jauh lebih tinggi. Jika kita asumsikan bahwa koefisien suhu (α\alphaα) untuk tembaga adalah 0.00393 per °C, maka peningkatan suhu sebesar 18°C (dari 20°C menjadi 38°C) dapat meningkatkan resistansi kabel sekitar 7.07%.


Simpulan

Kenaikan suhu lingkungan, yang tidak jarang terjadi dalam skenario perubahan iklim saat ini, memperlihatkan dampak signifikan terhadap efisiensi dan keandalan jaringan listrik. Peningkatan resistansi ini, walaupun terdengar sederhana, memiliki implikasi kompleks yang melibatkan peningkatan konsumsi energi dan potensi kegagalan sistem yang lebih tinggi.


Pada artikel kedua seri ini yang berjudul "Dampak Suhu Terhadap Resistansi dan Kerugian Energi di Jaringan Listrik," kita akan menggali lebih dalam mengenai perhitungan spesifik dan solusi teknologi yang bisa diterapkan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh sistem jaringan listrik akibat peningkatan suhu ini. Di seri kedua, kita akan memahami bagaimana prinsip-prinsip teknis ini diterapkan dalam praktik serta inovasi apa saja yang bisa membantu meminimalisir kerugian energi.


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

sasherjuna uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!