Dalam seri pertama pada artikel yang berjudul “Panas Meningkat, Efisiensi Berkurang: Pengaruh Suhu pada Kabel Jaringan”, kita telah membahas bagaimana suhu ekstrem dapat mempengaruhi kinerja infrastruktur listrik, khususnya pada kabel jaringan. Pada seri kedua ini, kita akan menyelami lebih dalam mengenai perubahan resistansi yang terjadi pada material kabel dan bagaimana hal ini secara signifikan meningkatkan kerugian daya, yang pada gilirannya berdampak pada efisiensi keseluruhan sistem distribusi listrik.
Peningkatan Resistansi pada
Material Kabel
Resistivitas, yang merupakan
ukuran seberapa besar suatu material menahan aliran listrik, adalah faktor
kritis dalam kinerja kabel. Rumus umum untuk resistansi 𝜌 pada
suhu tertentu adalah:
ρ =ρ0(1+α(T−T0))
dimana adalah resistansi pada suhu referensi (biasanya 20°C), adalah koefisien suhu material, dan T adalah suhu operasional material. Koefisien suhu α positif untuk kebanyakan logam, artinya resistivitas meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Contoh Kasus: Kabel Tembaga
dalam Suhu Tinggi
Kabel tembaga sering digunakan dalam sistem distribusi listrik, seperti di
unit saya bekerja sekarang di PLN ULP Jailolo, dikarenakan konduktivitas
listriknya yang tinggi. Namun, meskipun tembaga adalah konduktor yang efisien,
sifat-sifatnya dapat berubah signifikan di bawah pengaruh suhu tinggi, seperti
yang sering terjadi di banyak wilayah selama musim panas atau di lokasi dengan
kondisi iklim panas.
Misalkan kita memiliki sebuah segmen kabel tembaga yang digunakan dalam jaringan tegangan menengah. Kabel ini memiliki resistivitas dasar sebesar 1.68×10 ohm meter pada suhu referensi 20°C. Untuk mengevaluasi pengaruh suhu operasional yang lebih tinggi, kita menggunakan koefisien suhu α untuk tembaga, yang umumnya adalah 0.00393 /°C. Berarti menunjukkan bahwa resistansi tembaga akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Meningkatnya Resistansi
Saat ini suhu lingkungan di Jailolo meningkat menjadi 38°C, mari kita hitung
perubahan resistansinya:
ρ=ρ0×(1+α×(T−T0))=1.68×10−8×(1+0.00393×(38−20)) = 1.7988×10−8 ohm meter
Dampak pada Resistansi dan Kerugian Daya
Resistansi total kabel, yang ditentukan oleh rumus , juga akan meningkat. Misalkan panjang kabel
adalah 1000 meter dan penampang lintangnya adalah 50 mm², resistansi kabel pada
suhu 20°C adalah:
R20 = 1.68×10−8×1000/0.00005 = 3.36 ohm
Dan pada suhu 38oC:
R38 = 1.7988×10−8×1000/0.00005 = 3.5976 ohm
Dengan peningkatan resistansi ini, kerugian daya untuk arus yang sama akan
meningkat. Jika kabel mengalirkan arus sebesar 100 ampere, kerugian daya pada
suhu 20°C dibandingkan dengan 38°C dapat dihitung sebagai:
P20 = I2×R20 = 1002×3.36 = 33600 watt
P38 = I2×R38 = 1002×3.5976 = 35976 watt
Nah ini menunjukkan peningkatan kerugian daya sebesar 2376 watt hanya karena
peningkatan suhu. Dalam konteks pengoperasian jaringan listrik, peningkatan
kerugian daya ini secara signifikan dapat menambah biaya operasional dan
mempengaruhi efisiensi keseluruhan distribusi energi, terutama selama periode
ketika beban puncak sangat tinggi misal akibat penggunaan AC atau peralatan
lainnya.
Implikasi Operasional
Peningkatan kerugian daya tidak hanya
meningkatkan biaya operasional tetapi juga mempengaruhi stabilitas dan
keandalan jaringan listrik, khususnya pada hari-hari dengan suhu sangat tinggi
ketika permintaan energi sering mencapai puncaknya. Solusi yang mungkin
termasuk penerapan teknologi isolasi yang lebih baik, penggunaan material
dengan koefisien suhu yang lebih rendah, atau desain sistem yang mempertimbangkan
fluktuasi suhu ekstrem.
Dalam artikel seri ketiga
yang berjudul “Solusi Optimalkan Kinerja Jaringan PLN di Kondisi Suhu Tinggi”,
kita akan membahas tentang strategi dan teknologi terkini untuk mengurangi
kerugian daya ini. Tentunya tetap memastikan keandalan jaringan tetap optimal
meskipun dihadapkan pada tantangan suhu ekstrem. Jangan lewatkan untuk
mengikuti penjelasan mendetail mengenai solusi inovatif dalam menghadapi
masalah kerugian energi listrik.