“Di Indonesia sendiri sebetulnya kita memiliki kekuatan yang sangat besar mengenai renewable energy ini, 418 Gigawatt (GW) baik itu dari hydropower, geothermal, bayu, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan yang lain-lainnya." Presiden Joko Widodo
Indonesia masih sangat bergantung pada pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Belum lagi masih banyak kawasan, utamanya daerah yang secara geografis berpulau-pulau kecil, yang menggunakan pembangkit tenaga diesel yang bahan bakarnya solar. Kedua bahan bakar ini termasuk sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui. Suatu saat bahan bakar ini akan habis bila dieksploitasi terus menerus.
Padahal Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar, antara lain mini/mikro hidro 450 MW, biomassa 50 GW, PLTS 4,80 kWh/m2/hari, PLTA 36 m/s, dan PLTN 3 GW. Energi terbarukan diperkirakan tidak akan hilang selama 100 tahun ke depan. Selain itu, perkembangan teknologi akan membuat energi terbarukan semakin kompetitif.
Dari banyaknya potensi yang negeri kita miliki, akan dibahas 3 energi alam baru terbaharukan yang dapat dibuat teknologinya yang dapat menerangi negeri kita, Indonesia.
Tenaga Air
Sumber air ini melimpah di Indonesia dan jika negara bisa mengelolanya dengan baik, ke depannya bisa menjadi aset jangka panjang teknologi terbaharukan. Energi ini dapat dimanfaatkan dan diubah menjadi listrik dan pembangkit listrik tenaga air tanpa emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik energi fosil.
Tidak seperti sumber energi terbarukan lainnya, air terus menerus menghasilkan energi dan ketersediaannya terus ditentukan oleh siklus hidrologi. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin, dan mengubah energi tersebut menjadi energi listrik oleh generator dengan menggunakan ketinggian dan kecepatan air.
Di mana saja sih PLTA di negara kita? Terdapat 8 PLTA di Indonesia terbesar saat ini untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yakni Cirata di Jawa Barat, Saguling di Jawa Barat, Sulewana di Sulawesi Tengah, Musi di Bengkulu, Mrica di Jawa Tengah, Asahan di Sumatera Utara, dan Jatiluhur di Jawa Barat. Kedelapan PLTA besar ini juga dimanfaatkan untuk irigasi. Jadi kebermanfaatannya sangat besar karena dapat multifungsi untuk membantu pertanian dan perkebunan.
Tenaga Surya
Tenaga surya atau matahari ini cocok menjadi teknologi energi terbaharukan di Indonesia, karena negara kita memiliki musim panas atau kemarau yang panjang. Dan energi matahari juga merupakan energi yang tidak terbatas. Energi ini juga dapat digunakan sebagai sumber listrik. Pembangkit listrik fotovoltaik atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah pembangkit listrik yang mengubah energi matahari dari matahari menjadi energi listrik.
Fotovoltaik secara langsung mengubah energi cahaya menjadi listrik melalui efek fotolistrik. Panel surya (photovoltaic power) merupakan komponen utama PLTS dan digunakan untuk mengubah energi matahari menjadi energi DC. Inverter adalah konverter arus searah (DC) dari modul surya ke arus bolak-balik (AC) yang memberi daya pada pelanggan.
Tantangannya adalah bagaimana cara untuk memaksimalkan potensi ini untuk jangka panjang dan efisien dalam produksi listrik untuk kemanfaatan masyarakat Indonesia. Mengingat perlu biaya yang mahal untuk bisa membangun reaktornya. Faktor cuaca juga menjadi salah satu hambatannya. PLTS yang dimiliki Indonesia diantaranya adalah Likupang di Sulawesi Utara, Cirata di Jawa Barat, Kayubihi di Bali, Morotai di Maluku Utara, Gili Trawangan di Nusa Tenggara Barat, Oelpuah di Nusa Tenggara Timur, dan Sebira di Pulau Seribu.
Tenaga Bayu
Bayu atau angin bisa dimanfaatkan menjadi sumber listrik dan juga ramah lingkungan terutama untuk daerah yang memiliki potensi hembusan angin besar. Turbin angin mengubah energi angin menjadi listrik dengan menggunakan kincir angin atau windmill sebagai generator. Listrik dihasilkan dengan mengubah putaran baling-baling turbin angin, yang disuplai secara horizontal atau vertikal, menjadi listrik menggunakan generator.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, kecepatan angin di beberapa wilayah timur berpotensi menghasilkan listrik. Misalnya, Oelbuluk di NTT memiliki kecepatan rata-rata 6,1 m/s, Sidrap di Sulawesi Selatan memiliki kecepatan rata-rata 6,43 m/s, dan Jeneponto di Sulawesi Selatan memiliki kecepatan rata-rata 7,96 m/s.
Salah satu PLTB Indonesia terletak di Kabupaten Sidenreng Rappang (biasa disebut Sidrap) Sulawesi Selatan. Berlokasi di Desa Matirotashi, PLTB ini siap menghasilkan listrik dari 30 turbin angin atau wind turbine. Sidrap memiliki kecepatan angin yang sangat baik dipilih sebagai lokasi basis PLTB. Selain Sidrap, pembangkit lainnya berada di Desa Tolo, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Dibangun di atas lahan seluas 60 hektar, PLTB Tolo memiliki output 72 MW yang terdiri dari 20 turbin angin.
Semoga EBT di atas dapat dikembangkan lebih banyak dan dapat menerangi negeri kita tercinta. Menurutmu energi alam mana nih yang dapat berpotensi dikembangkan lebih lanjut di negeri kita?