SDGs dan Investasi Berkelanjutan: Hubungannya dengan ESG, Risiko, dan Strategi Investor

Silvester A.S. Herjuna
0



Di tengah arus perubahan ekonomi global, satu pertanyaan makin sering muncul yakni bagaimana cara memastikan uang yang kita investasikan tidak hanya “tumbuh”, tetapi juga ikut mendorong masa depan yang lebih berkelanjutan? Pertanyaan ini bukan lagi sekadar tren, tapi sudah jadi kebutuhan karena dunia bisnis dan keuangan kini berhadapan dengan tuntutan untuk memastikan kinerja finansial tetap kuat dengan dampak sosial dan lingkungan juga harus bisa dipertanggungjawabkan. Di titik inilah SDGs, ESG, strategi investor, dan manajemen risiko bertemu dalam satu lanskap yang sama: lanskap investasi berkelanjutan yang semakin kompleks. 


Melalui paper berjudul “Mengukur Dampak Investasi Berkelanjutan: Evaluasi Terhadap Faktor ESG dalam Portofolio Investor” yang saya tulis bersama Oki Sania Riski, Ari Purwanti, dan Tanti Widia Nurdiani dan terbit di Jurnal Akuntansi dan Keuangan West Science (Vol. 2, No. 03, September 2023), kami mencoba menjawab kebingungan yang sering dialami pembaca seperti topik mana yang sebenarnya paling dominan dibahas para peneliti, siapa aktor utama yang paling menentukan arah pembahasan, dan isu apa yang sedang naik daun dalam riset keberlanjutan dan investasi. Kami memetakan penelitian-penelitian yang sudah terbit menggunakan pendekatan bibliometrik untuk melihat pola besar seperti kata kunci apa yang paling sering muncul, tema apa yang menjadi pusat, dan bagaimana hubungan antar-topik terbentuk. 


Hasilnya menurut kami sangat menarik ternyata “strategi” muncul sebagai kata kunci paling sentral, seolah menegaskan bahwa investasi berkelanjutan bukan semata keputusan moral, tetapi keputusan strategis yang menuntut perhitungan matang. “Investor” juga tampil dominan, menandakan bahwa keberlanjutan tidak akan bergerak tanpa pergeseran cara investor menilai nilai sebuah perusahaan. Namun, di balik itu semua, ada satu kata yang terus membayangi dan tidak bisa dihindari yakni risiko. Karena ketika ESG dan SDGs masuk ke dalam portofolio, yang berubah bukan hanya nilai, tetapi juga cara kita membaca ketidakpastian. 


Di artikel ini, kita telusuri peta riset yang kami temukan mulai dari mengapa SDGs begitu sering muncul dalam studi investasi, mengapa isu risiko selalu mengikuti pembahasan ESG, hingga bagaimana tema-tema “kecil” seperti indeks keberlanjutan, energi terbarukan, dan transisi mulai membentuk cabang riset baru.


Metode Bibliometrik dengan PoP dan VOSviewer, Efektif dalam “Membaca Peta Riset”




Pada penelitian ini, kami tidak membaca satu per satu artikel secara manual, melainkan menggunakan pendekatan bibliometrik. Bagi yang belum tahu, pendekatan ini merupakan sebuah metode yang memperlakukan publikasi ilmiah sebagai data yang dapat dipetakan, dihitung, dan divisualisasikan. Sumber data dikumpulkan melalui pencarian sistematis pada beberapa basis data akademik besar seperti Scopus, Web of Science, PubMed, IEEE Xplore, serta Google Scholar. 


Penggunaan banyak database dilakukan agar cakupan literatur lebih luas dan tidak bias pada satu ekosistem publikasi saja, mengingat topik ESG bersifat multidisiplin (keuangan, manajemen, ekonomi pembangunan, hingga energi dan lingkungan). Setelah publikasi terkumpul, Publish or Perish (PoP) digunakan sebagai alat bantu untuk menarik data bibliografis sekaligus merangkum metrik-metrik dasar (misalnya jumlah paper, sitasi, tren tahun publikasi), lalu dilakukan prapemrosesan seperti menghapus duplikasi, merapikan variasi nama penulis/afiliasi, serta memastikan metadata (judul, abstrak, kata kunci, sitasi) terbaca konsisten. 




Tahap berikutnya adalah analisis dan visualisasi menggunakan VOSviewer. Di sinilah bibliometrik menjadi sangat kuat: VOSviewer memungkinkan kita melihat “struktur” penelitian dalam bentuk jaringan (network) dan klaster, bukan sekadar daftar referensi. Melalui analisis kemunculan bersama kata kunci (co-occurrence), kami dapat mengidentifikasi tema dominan yang paling sering muncul, sekaligus menangkap istilah yang lebih jarang tetapi spesifik (misalnya indeks keberlanjutan, transisi, investasi bertanggung jawab). 


Nah melalui analisis ini, kita dapat membaca pola kolaborasi peneliti dan pusat-pusat keilmuan yang membentuk bidang ini. Sementara melalui analisis sitasi, kita bisa menilai publikasi mana yang menjadi “pilar” atau rujukan utama, sehingga pembaca tidak hanya mengetahui apa yang ramai dibahas, tetapi juga siapa dan karya apa yang paling memengaruhi arah diskursus. Karena itulah metode PoP dan VOSviewer dapat disebut sebagai cara membaca “peta riset” yang ia membantu kita melihat lanskap besar (big picture), menemukan klaster tematik, dan menilai arah tren.


Hasil Utama: Tema dan Kata Kunci Paling Menonjol dalam Riset ESG & Investasi

Dari pemetaan bibliometrik yang dilakukan, terlihat jelas bahwa riset ESG dan investasi berkelanjutan tidak berdiri sebagai “tren sesaat”, tetapi sudah berkembang menjadi medan kajian yang matang dengan kata kunci dominan yang berulang dan saling terhubung. Tema paling menonjol yang muncul adalah “Strategy”, yang mengindikasikan bahwa diskursus ESG hampir selalu berujung pada pertanyaan strategis: bagaimana organisasi, investor, dan pemerintah menyusun arah, prioritas, dan kebijakan agar keberlanjutan tidak hanya menjadi slogan, tetapi menjadi penggerak keputusan nyata. Dominasi “Strategy” juga memberi sinyal bahwa literatur tidak sekadar membahas “apa itu ESG”, melainkan menaruh perhatian pada bagaimana ESG dioperasionalkan, mulai dari strategi pengalokasian modal, strategi bisnis hijau, sampai strategi transisi menuju ekonomi rendah karbon. 


Tema besar berikutnya adalah “Investor”. Kemunculan kata ini secara kuat menegaskan pergeseran penting yakni keberlanjutan tidak lagi hanya dibahas sebagai urusan regulasi atau etika perusahaan, tetapi sebagai bagian dari ekosistem pasar modal dan pengambilan keputusan investasi. Investor tampil sebagai aktor yang memengaruhi perilaku korporasi melalui pilihan portofolio, preferensi risiko, dan tuntutan transparansi. Keterkaitan “Investor” dengan kata-kata seperti “Sustainable finance”, “Responsible investment”, dan “Impact investing” menggambarkan bahwa keputusan investasi kini semakin dipahami sebagai alat intervensi yang mana bukan untuk mencari return, tetapi juga untuk “mengunci” arah perilaku perusahaan agar lebih bertanggung jawab. 


Selanjutnya, “Sustainability investment” muncul sebagai penanda perubahan orientasi modal. Literatur yang terpetakan memperlihatkan bahwa investasi berkelanjutan tidak diposisikan sebagai konsep tunggal, melainkan sebagai spektrum: dari investasi bertanggung jawab (menghindari sektor tertentu), investasi ESG (memasukkan skor ESG dalam analisis), hingga investasi berdampak (impact) yang secara eksplisit menargetkan hasil sosial/lingkungan. Kemunculan istilah ini menegaskan bahwa banyak penelitian bergerak pada ranah praktis: bagaimana modal dapat dialokasikan untuk proyek atau perusahaan yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga selaras dengan nilai keberlanjutan. 


Kemudian, kata kunci “Sustainable Development Goals (SDGs)” tampil mencolok dan memberi konteks global yang kuat. Kalau ini menunjukkan bahwa riset ESG sering terikat pada agenda internasional yang sekarang ini sedang masif dibahas mengenai bagaimana investasi dan kebijakan korporasi “dihubungkan” dengan target SDGs seperti energi bersih, pembangunan ekonomi inklusif, konsumsi-produksi bertanggung jawab, hingga aksi iklim. Dalam banyak kajian, SDGs menjadi alat untuk mengukur, membandingkan, atau membenarkan strategi keberlanjutan. 


Terakhir, tema “Risk” muncul sebagai kata kunci dominan yang memantulkan realitas paling keras di ranah investasi: keberlanjutan pada akhirnya selalu terkait risiko. Risiko di sini bukan hanya risiko finansial, tetapi juga risiko lingkungan (misalnya transisi energi, bencana iklim), risiko sosial (konflik tenaga kerja, ketimpangan), dan risiko tata kelola (fraud, ketidakpatuhan, korupsi). Kemunculan “Risk” berulang mengisyaratkan bahwa literatur ESG berkembang sebagai respons terhadap ketidakpastian dan tekanan eksternal. Berarti valid bahwa perusahaan dan investor tidak bisa lagi mengabaikan ESG karena konsekuensinya bisa masuk ke biaya modal, reputasi, stabilitas operasi, dan bahkan kelangsungan usaha. 


Secara keseluruhan, temuan kata kunci dominan ini membentuk narasi yang tegas yakni riset ESG bergerak dari “normatif” menuju "strategis dan operasional." Juga membicarakan aktor (investor), alat (investasi berkelanjutan), kerangka (SDGs), dan penggerak keputusan (risiko). Dan justru karena itulah pemetaan bibliometrik menjadi penting untuk memperlihatkan bahwa ESG bukan lagi sekadar jargon, tetapi sudah memiliki “struktur” tema yang kuat, berulang, dan dibutuhkan pada era saat ini.


Dari pemetaan bibliometrik ini, kita bisa melihat bahwa riset ESG dan investasi berkelanjutan sudah membentuk “ekosistem pengetahuan” yang jelas yakni investasi berkelanjutan makin mapan sebagai instrumen, SDGs menjadi kerangka arah global, dan risiko menjadi variabel yang menghubungkan keberlanjutan dengan keputusan finansial. Klaster-klaster yang muncul juga menegaskan bahwa ESG bukan hanya milik satu disiplin, tapi juga mempertemukan energi–lingkungan, manajemen korporat, pertanian dan iklim, tata kelola, serta dinamika pasar. 


Artinya, kalau kita ingin memahami ESG secara serius, kita tidak cukup hanya membaca satu topik atau satu perspektif, tapi juga perlu melihat “peta besarnya” agar tidak terjebak pada kesimpulan sebagian. Kalau Anda tertarik mendalami detailnya, mulai dari proses pengumpulan data lintas database, metrik PoP, visualisasi VOSviewer, sampai pembacaan klaster dan implikasinya bagi peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan, silakan lanjutkan dengan membaca paper saya bersama Oki Sania Riski, Ari Purwanti, dan Tanti Widia Nurdiani berjudul “Mengukur Dampak Investasi Berkelanjutan: Evaluasi Terhadap Faktor ESG dalam Portofolio Investor” (Jurnal Akuntansi dan Keuangan West Science, Vol. 2 No. 03, September 2023). Di sana, pembahasannya lebih lengkap, lebih teknis, dan menyajikan detail data yang bisa Anda gunakan sebagai rujukan untuk riset lanjutan, penyusunan strategi ESG, maupun pengambilan keputusan investasi yang lebih terukur.


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

sasherjuna uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!